BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Global
status report on alcohol and health 2014, dari 241.000.000 orang penduduk
Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan
prevalensi ketergantungan alkohol adalah 0,7% pada pria maupun wanita. Apabila
dilihat dari persentasenya, prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol dan
prevalensi ketergantungan alkohol sangatlah kecil. Namun, apabila angka
tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, sebanyak 1.928.000 orang
penduduk Indonesia mengalami gangguan karena penggunaan alkohol dan sebanyak
1.180.900 orang penduduk Indonesia mengalami ketergantungan alkohol.
Bahaya mengkonsumsi
alkohol termasuk dalam lima besar faktor resiko untuk penyakit, kecacatan dan
kematian di seluruh dunia.2 Konsumsi alkohol dapat meningkatkan berbagai resiko
terhadap kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepar, kanker dan
luka-luka akibat efek langsung maupun tidak langsung dari intoksikasi alkohol.
Alkohol, umumnya dalam
bentuk ethyl alcohol atau etanol, memiliki peranan penting dalam peradaban
manusia paling tidak selama 8000 tahun. Pada kebudayaan barat, beer dan wine
merupakan minuman utama dalam kehidupan sehari-hari sampai abad ke-19. Di
beberapa negara, alkohol merupakan minuman yang mudah didapatkan sehingga
cenderung banyak disalah gunakan
Hasil riset kesehatan
dasar jumlah perilaku konsumsi minuman beralkohol Indonesia dengan rata-rata
biasa diminum pada peminum alkohol umur >10 tahun adalah sebesar 5,4% yang
biasa di konsumsi dalam satu bulan terakhir (Riskesdas. 2018).
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Alkohol/zat adiktif
2. Untuk
mengetahui Pengaruhnya konsumsi alkohol zat adiktif terhadap kesehatan
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Alkohol/zat adiktif
Alkohol merupakan zat
yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental, zat yang dapat membuat merasa
santai dan senang namun dapat berakibat masalah kesehatan yang serius
(Ayudhitya dan Inggriani, 2012). Penyalahgunaan alkohol sudah sangat marak
setelah penyalahgunaan narkoba, mulai dari remaja hingga orang dewasa. Faktor
penyebab seorang mengkonsumsi alkohol adalah faktor individual/kepribadian
individu (rasa kurang percaya diri, sifat mudah kecewa, rasa ingin tahu dan
coba-coba, pelarian dari suatu masalah), faktor lingkungan (lingkungan
keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat).
Alkohol, umumnya dalam
bentuk ethyl alcohol atau etanol, memiliki peranan penting dalam peradaban
manusia paling tidak selama 8000 tahun. Pada kebudayaan barat, beer dan wine
merupakan minuman utama dalam kehidupan sehari-hari sampai abad ke-19. Di
beberapa negara, alkohol merupakan minuman yang mudah didapatkan sehingga
cenderung banyak disalah gunakan.
2. Pengaruhnya konsumsi alkohol
terhadap kesehatan
Alkohol mengganggu
pengaturan eksitasi atau inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat
mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia dan sedasi. Efek farmakologis
etanol meliputi pengaruhnya pada proses timbulnya penyakit, perkembangan
prenatal, sistem gastrointestinal, kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Etanol mengganggu keseimbangan eksitasi dan inhibisi transmisi listrik di otak,
yang menyebabkan disinhibisi, ataksia dan sedasi. Toleransi terhadap etanol
mulai timbul setelah penggunaan kronis yang ditunjukkan antara lain dengan
gangguan psikis dan aktivitas bila konsumsi alkohol dihentikan secara
tiba-tiba.
Meskipun masyarakat
sering menganggap minuman beralkohol sebagai stimulan, etanol pada dasarnya
merupakan depresan sistem saraf pusat. Sama dengan depresan lain seperti
barbiturat dan benzodiazepin, konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang
dapat menyebabkan efek antiansietas dan menyebabkan kehilangan inhibisi
perilaku dalam suatu rentang dosis yang luas.
Tanda intoksikasi pada
tiap individu bervariasi, mulai dari efek eksitasi dan meluap-luap hingga
perubahan mood yang tidak terkontrol dan gejolak emosi yang dapat disertai kekerasan.
Pada kasus intoksikasi yang lebih lanjut, fungsi sistem saraf pusat secara umum
akan terganggu dan kemudian menimbulkan kondisi anestesi umum pada tubuh. Akan
tetapi, batas antara efek anestetik dan efek letalnya dari kecil.
Alkohol merangsang peningkatan
aksis hypothalamic pituitary adrenocortical (HPA). Aktivasi aksis HPA merupakan
komponen utama dari respon stres. Peningkatan aksis HPA dipengaruhi oleh
sejumlah variabel termasuk genotipe, jenis kelamin, dan parameter dosis.
Berdasarkan studi klinis dan praklinis, disregulasi fungsi aksis HPA
berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas sistem stres ekstrahipothalamik di
otak, sehingga secara signifikan mempengaruhi motivasi untuk perilaku alcohol
self-administration
Pengaruh konsumsi
alkohol terhadap individu berbeda-beda. Akan tetapi terdapat hubungan antara
konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration- BAC) dan
tingkatan efek yang ditimbulkannya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap
perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam
darah. Orang yang aktif mengkonsumsi alkohol beranggapan bahwa penampilan
mereka menjadi lebih baik, sehingga mereka mengabaikan efek buruknya.
Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum
adalah "mabuk" atau "teler", dimana kondisi ini sebenarnya
adalah karakteristik intoksikasi alkohol yang dapat menyebabkan cedera,
kecacatan dan kematian. Konsumsi alkohol yang berat dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol
menyebabkan hilangnya produktivitas kerja akibat disorientasi dan kecelakaan
akibat berkendara dalam keadaan disorientasi tersebut. Konsumsi alkohol juga
memiliki kaitan terhadap perilaku kekerasan dan tindak kriminal. Sebanyak 70%
narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan, dan lebih
dari 40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
Pada jangka pendek,
konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan mabuk dan keracunan. Pada
jangka panjang, alkohol dapat merusak sebagian besar sistem dalam tubuh
(Ayudhitya dan Inggriani, 2012). Penggunaan alkohol kronis dan berat berdampak
pada semua organ dan sistem tubuh. Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat
menyebabkan penyakit kanker, jantung koroner, gangguan hati serta gangguan
neurologis.
Konsumsi alkohol
berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
yang kemudian menetap menjadi hipertensi, kerusakan jantung, stroke, kanker
payudara, kerusakan hati, kanker saluran pencernaan dan gangguan pencernaan
lainnya. Selain itu alkohol juga dapat menyebabkan impotensi dan berkurangnya
kesuburan, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan
suasana perasaan, gangguan ingatan dan gangguan konsentrasi. Penggunaan alkohol
yang terus menerus dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi
adalah keadaan dimana seseorang yang mengkonsumsi alkohol harus meningkatkan
dosis penggunaan alkohol dari jumlah kecil menjadi jumlah besar, untuk
mendapatkan pengaruh yang sama.
Ketergantungan adalah
keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang penting dalam kehidupan seseorang
yang mengkonsumsinya, dimana apabila konsumsi tersebut dihentikan, dapat
menyebabkan berbagai rentang gangguan kesehatan ketergantungan
terhadap konsumsi alkohol tersebut.
Seseorang yang ketergantungan secara fisik
terhadap alkohol, akan mengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau
mengurangi jumlah penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6-24 jam setelah
konsumsi yang terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya
adalah gemetar, mual, cemas, depresi, berkeringat, nyeri kepala dan sulit
tidur.
Penggunaan alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan
Fetal Alcohol Syndrome yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin. Jumlah minum alkohol yang aman pada kehamilan belum diketahui, sehingga
konsumsi alkohol tidak dianjurkan dalam keadaan hamil.
Selain
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, konsumsi alkohol dapat menyebabkan
gangguan kesehatan psikis. Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan
perubahan dan penyimpangan perilaku serta pola pikir yang kemudian dapat menimbulkan
perilaku kekerasan dan kriminalitas, sehingga membahayakan diri pengkonsumsi
alkohol dan orang lain.
Konsumsi alkohol tidak
hanya menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan psikis pada konsumennya dalam
keadaan konsumsi akut yang berlebihan atau intoksikasi, namun juga pada
pengkonsumsi kronis yang memiliki toleransi alkohol yang lebih tinggi, dan
pengkonsumsi yang telah ketergantungan terhadap konsumsi alkohol. Oleh karena
itu, konsumsi alkohol sangat tidak dianjurkan, dan harus dikurangi atau
dihentikan.
BAB
III
SIMPULAN
DAN SARAN
1. Simpulan
Alkohol memiliki
berbagai respon dalam tubuh yang dapat membahayakan tubuh. Konsumsi alkohol
yang terus menerus dapat menyebabkan ketergantungan alkohol. Selain merusak
tubuh, alkohol juga dapat merusak pemikiran sehingga meningkatkan perilaku
kekerasan dan kecelakaan lalu lintas akibat berkendara dalam keadaan
intoksikasi alkohol. Oleh karena itu konsumsi alkohol harus dikurangi atau
bahkan dihentikan.
Mulai dini dalam
keluarga di terapkan budaya hidup sehat dengan tidak konsumsi alkohol dan zat
adiktif, dalam pendidikan di di beritahu bahwa konsumsi alkohol tidak baik bagi
kesehatan. Pelayanan kesehatan memberi penyuluhan tentang kesehatan salah
satunya untuk menghentikan konsumsi
alkohol dan zat adiktif.
Enam
Teori perilaku sehat
Menghentikan
Perilaku Konsumsi Alkohol/Zat Adiktif Lain
1. The
Health Belief Model
a. Susceptibility :besar kemungkinan akan mengakibatkan stroke.
b. Saverity :stroke adalaha penyakit yang dapat
mengganggu aktifitasdan
berujung kematian
c. Cost :menghentikan mengkonsumsi
alkohol dan zat adiktif akan Membuat kurang percaya diri dalam pergaulan.
d. Benefits :dengan menghentikan merokok dapat
menyimpan uang yang
biasanya digunakan membeli minuman alkohol.
e. Cues
to action :-internal :gejala kesulitan
tidur
-external :informasi dari leafleat kesehatan
2. The
Theories of reasoned Action/Planned Behavior
a. Sikap :menghentikan
mengkonsumsi alkohol & zat adiktif
akan meningkatkan kesehatan.
b. Norm subjektif/sanksi social : teman terdekatku akan setuju dengan menghentikan mengkonsumsi alkohol istirahat/tidur jadi teratur.
c. Perceived behavior control :dengan menghentikan konsumsi alkohol zat adiktif akan beraktifitas dengan fokus (internal). dalam berteman akan dianggap tidak gaul (eksternal)
c. Perceived behavior control :dengan menghentikan konsumsi alkohol zat adiktif akan beraktifitas dengan fokus (internal). dalam berteman akan dianggap tidak gaul (eksternal)
3. Learning
Theories
a. Classical :menghentikan konnsumsi
alkohol & zat adiktif akan akan mengakibatkan saya merasa
tidak nyaman bergaul dengan teman.
b. Operant
conditioning :dengan menghentikan mengkonsumsi
alakohol & zat
adiktif lingkungan sekitar saya tidak akan mengganggap saya pemabuk
c. Observasi
learning :melihat orang yang
mengalami stroke akibat dari konsumsi
alkohol dengan konsekuensi sanksi sosial yang dipandang suatu yang negatif dann
juga berakibat kematian.
4. Social
Cognitivie Theory
a. Modeling
Lansung :dengan melihat teman menghentikan
konsumsialkohol
& zat adiktif bekerja semakin
produktif.
b. Modeling
simbolik :melihat iklan layanan
masyarakat tentanng menghentikan konsumsi alkohol & zat
adiktif.
5. Stage
of Changes Model/The Transtheoretical Model
a. Preconteplation :kurangnya kesadaran, tidak ada
keinginan, motivasi untuk mulai menghentikan konsumsi
alkohol dan zat adiktif.
b. Contemplation :mulai mempertimbangkan menghentikan
konsumsi alkohol
& zat adiktif danmeningkatkan kesadaran tentang kerugian apabila tidak menghentikan
melakukan kebiasaan konsumsi alkohol.
c. Preparation :apabila sudah ada keinginan
akan menghentikan konsumsi
alkohol & zat adiktif.
d. Maintance :menghentikan konsumsi
minuman beralkohol & zat adiktif.
6. Precaution
Adoption Process Model
a. Tahap
pertama :tidak menyadari akan
pentingnya menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif bagi kesehatan.
b. Tahap
kedua :menyadari akan
resiko apabila tidak menghentikan konsumsi
alkohol & zat adiktif tetapi tidak beresiko untuk orang lain.
c. Tahap
ketiga :menyadari apabila
tidak menghentikan konsumsi alkohol
akan mengakibatkan penyakit serius, tapi belum merasakan sakitnya sekarang.
d. Tahap
keempat :memutuskan untuk terus
konsumsi alkohol & zat adiktif.
e. Tahap
kelima :memutuskan untuk
benar-benar menghentikan konsumsi
alkohol & zat adiktif
f. Tahap
keenam :Mulai mengubah
perilaku tadinya tidak mau menghentikan konsumsi
alkohol & zat adiktif, menjadi berkeinginan untuk beerhenti konsumsi
alkohol &zat adiktif.
g. Tahap
ketujuh :mempertahankan
perilaku menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif dan
memperatahankan perilaku baik tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayudhitya
dan Inggriani. 2012. Anda Dokter Keluarga
Anda. Depok: Penebar
Plus
Riskesdas.
2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI.
Tritama.
2015. Konsumsi Alkohol dan Pengaruh terhadap Kesehatan. Medikal Journal Of Lampung Univesrity. Vol 4, No 8. (Hal.7-10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar