Kamis, 24 Oktober 2019

Teori Perilaku Sehat, Menghentikan Konsumsi Alkohol Dan Zat Adiktif


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014, dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan prevalensi ketergantungan alkohol adalah 0,7% pada pria maupun wanita. Apabila dilihat dari persentasenya, prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol dan prevalensi ketergantungan alkohol sangatlah kecil. Namun, apabila angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, sebanyak 1.928.000 orang penduduk Indonesia mengalami gangguan karena penggunaan alkohol dan sebanyak 1.180.900 orang penduduk Indonesia mengalami ketergantungan alkohol.
Bahaya mengkonsumsi alkohol termasuk dalam lima besar faktor resiko untuk penyakit, kecacatan dan kematian di seluruh dunia.2 Konsumsi alkohol dapat meningkatkan berbagai resiko terhadap kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepar, kanker dan luka-luka akibat efek langsung maupun tidak langsung dari intoksikasi alkohol.
Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol, memiliki peranan penting dalam peradaban manusia paling tidak selama 8000 tahun. Pada kebudayaan barat, beer dan wine merupakan minuman utama dalam kehidupan sehari-hari sampai abad ke-19. Di beberapa negara, alkohol merupakan minuman yang mudah didapatkan sehingga cenderung banyak disalah gunakan
Hasil riset kesehatan dasar jumlah perilaku konsumsi minuman beralkohol Indonesia dengan rata-rata biasa diminum pada peminum alkohol umur >10 tahun adalah sebesar 5,4% yang biasa di konsumsi dalam satu bulan terakhir (Riskesdas. 2018).

B. Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian Alkohol/zat adiktif
2.    Untuk mengetahui Pengaruhnya konsumsi alkohol zat adiktif terhadap kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Alkohol/zat adiktif
Alkohol merupakan zat yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental, zat yang dapat membuat merasa santai dan senang namun dapat berakibat masalah kesehatan yang serius (Ayudhitya dan Inggriani, 2012). Penyalahgunaan alkohol sudah sangat marak setelah penyalahgunaan narkoba, mulai dari remaja hingga orang dewasa. Faktor penyebab seorang mengkonsumsi alkohol adalah faktor individual/kepribadian individu (rasa kurang percaya diri, sifat mudah kecewa, rasa ingin tahu dan coba-coba, pelarian dari suatu masalah), faktor lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat).
Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol, memiliki peranan penting dalam peradaban manusia paling tidak selama 8000 tahun. Pada kebudayaan barat, beer dan wine merupakan minuman utama dalam kehidupan sehari-hari sampai abad ke-19. Di beberapa negara, alkohol merupakan minuman yang mudah didapatkan sehingga cenderung banyak disalah gunakan.

2. Pengaruhnya konsumsi alkohol terhadap kesehatan
Alkohol mengganggu pengaturan eksitasi atau inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia dan sedasi. Efek farmakologis etanol meliputi pengaruhnya pada proses timbulnya penyakit, perkembangan prenatal, sistem gastrointestinal, kardiovaskular dan sistem saraf pusat. Etanol mengganggu keseimbangan eksitasi dan inhibisi transmisi listrik di otak, yang menyebabkan disinhibisi, ataksia dan sedasi. Toleransi terhadap etanol mulai timbul setelah penggunaan kronis yang ditunjukkan antara lain dengan gangguan psikis dan aktivitas bila konsumsi alkohol dihentikan secara tiba-tiba.
Meskipun masyarakat sering menganggap minuman beralkohol sebagai stimulan, etanol pada dasarnya merupakan depresan sistem saraf pusat. Sama dengan depresan lain seperti barbiturat dan benzodiazepin, konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan efek antiansietas dan menyebabkan kehilangan inhibisi perilaku dalam suatu rentang dosis yang luas.
Tanda intoksikasi pada tiap individu bervariasi, mulai dari efek eksitasi dan meluap-luap hingga perubahan mood yang tidak terkontrol dan gejolak emosi yang dapat disertai kekerasan. Pada kasus intoksikasi yang lebih lanjut, fungsi sistem saraf pusat secara umum akan terganggu dan kemudian menimbulkan kondisi anestesi umum pada tubuh. Akan tetapi, batas antara efek anestetik dan efek letalnya dari kecil.
Alkohol merangsang peningkatan aksis hypothalamic pituitary adrenocortical (HPA). Aktivasi aksis HPA merupakan komponen utama dari respon stres. Peningkatan aksis HPA dipengaruhi oleh sejumlah variabel termasuk genotipe, jenis kelamin, dan parameter dosis. Berdasarkan studi klinis dan praklinis, disregulasi fungsi aksis HPA berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas sistem stres ekstrahipothalamik di otak, sehingga secara signifikan mempengaruhi motivasi untuk perilaku alcohol self-administration
Pengaruh konsumsi alkohol terhadap individu berbeda-beda. Akan tetapi terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration- BAC) dan tingkatan efek yang ditimbulkannya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Orang yang aktif mengkonsumsi alkohol beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik, sehingga mereka mengabaikan efek buruknya.
 Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah "mabuk" atau "teler", dimana kondisi ini sebenarnya adalah karakteristik intoksikasi alkohol yang dapat menyebabkan cedera, kecacatan dan kematian. Konsumsi alkohol yang berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol menyebabkan hilangnya produktivitas kerja akibat disorientasi dan kecelakaan akibat berkendara dalam keadaan disorientasi tersebut. Konsumsi alkohol juga memiliki kaitan terhadap perilaku kekerasan dan tindak kriminal. Sebanyak 70% narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan, dan lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
Pada jangka pendek, konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan mabuk dan keracunan. Pada jangka panjang, alkohol dapat merusak sebagian besar sistem dalam tubuh (Ayudhitya dan Inggriani, 2012). Penggunaan alkohol kronis dan berat berdampak pada semua organ dan sistem tubuh. Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit kanker, jantung koroner, gangguan hati serta gangguan neurologis.
Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang kemudian menetap menjadi hipertensi, kerusakan jantung, stroke, kanker payudara, kerusakan hati, kanker saluran pencernaan dan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu alkohol juga dapat menyebabkan impotensi dan berkurangnya kesuburan, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan, gangguan ingatan dan gangguan konsentrasi. Penggunaan alkohol yang terus menerus dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah keadaan dimana seseorang yang mengkonsumsi alkohol harus meningkatkan dosis penggunaan alkohol dari jumlah kecil menjadi jumlah besar, untuk mendapatkan pengaruh yang sama.
Ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang penting dalam kehidupan seseorang yang mengkonsumsinya, dimana apabila konsumsi tersebut dihentikan, dapat menyebabkan berbagai rentang gangguan kesehatan   ketergantungan terhadap konsumsi alkohol tersebut.
 Seseorang yang ketergantungan secara fisik terhadap alkohol, akan mengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi jumlah penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6-24 jam setelah konsumsi yang terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah gemetar, mual, cemas, depresi, berkeringat, nyeri kepala dan sulit tidur.
 Penggunaan  alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Jumlah minum alkohol yang aman pada kehamilan belum diketahui, sehingga konsumsi alkohol tidak dianjurkan dalam keadaan hamil.
            Selain menyebabkan gangguan kesehatan fisik, konsumsi alkohol dapat menyebabkan gangguan kesehatan psikis. Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan perubahan dan penyimpangan perilaku serta pola pikir yang kemudian dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan kriminalitas, sehingga membahayakan diri pengkonsumsi alkohol dan orang lain.
Konsumsi alkohol tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan psikis pada konsumennya dalam keadaan konsumsi akut yang berlebihan atau intoksikasi, namun juga pada pengkonsumsi kronis yang memiliki toleransi alkohol yang lebih tinggi, dan pengkonsumsi yang telah ketergantungan terhadap konsumsi alkohol. Oleh karena itu, konsumsi alkohol sangat tidak dianjurkan, dan harus dikurangi atau dihentikan.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Alkohol memiliki berbagai respon dalam tubuh yang dapat membahayakan tubuh. Konsumsi alkohol yang terus menerus dapat menyebabkan ketergantungan alkohol. Selain merusak tubuh, alkohol juga dapat merusak pemikiran sehingga meningkatkan perilaku kekerasan dan kecelakaan lalu lintas akibat berkendara dalam keadaan intoksikasi alkohol. Oleh karena itu konsumsi alkohol harus dikurangi atau bahkan dihentikan.
2.  Saran
Mulai dini dalam keluarga di terapkan budaya hidup sehat dengan tidak konsumsi alkohol dan zat adiktif, dalam pendidikan di di beritahu bahwa konsumsi alkohol tidak baik bagi kesehatan. Pelayanan kesehatan memberi penyuluhan tentang kesehatan salah satunya untuk  menghentikan konsumsi alkohol dan zat adiktif.

Enam Teori perilaku sehat
Menghentikan Perilaku Konsumsi Alkohol/Zat Adiktif Lain

1.      The Health Belief Model
a.   Susceptibility :besar kemungkinan akan mengakibatkan stroke.
b.   Saverity :stroke adalaha penyakit yang dapat mengganggu aktifitasdan  berujung kematian
c.   Cost :menghentikan mengkonsumsi alkohol dan zat adiktif akan Membuat kurang percaya diri dalam pergaulan.
d.   Benefits :dengan menghentikan merokok dapat menyimpan uang yang  biasanya digunakan membeli minuman alkohol.
e.    Cues to action :-internal :gejala kesulitan tidur
 -external :informasi dari leafleat kesehatan
2.      The Theories of reasoned Action/Planned Behavior
      a. Sikap :menghentikan mengkonsumsi alkohol & zat adiktif akan meningkatkan kesehatan.
b. Norm subjektif/sanksi social : teman terdekatku akan setuju dengan menghentikan  mengkonsumsi alkohol istirahat/tidur  jadi teratur.
c. Perceived behavior control :dengan menghentikan konsumsi alkohol zat adiktif akan beraktifitas dengan fokus (internal). dalam berteman akan dianggap tidak gaul (eksternal)
3.      Learning Theories
a. Classical :menghentikan konnsumsi alkohol & zat adiktif akan akan mengakibatkan saya merasa tidak nyaman bergaul dengan teman. 
b. Operant conditioning  :dengan menghentikan mengkonsumsi alakohol & zat adiktif lingkungan sekitar saya tidak akan mengganggap saya pemabuk
c. Observasi learning :melihat orang yang mengalami stroke akibat dari konsumsi alkohol dengan konsekuensi sanksi sosial yang dipandang suatu yang negatif dann juga berakibat kematian.
4.      Social Cognitivie Theory
a. Modeling Lansung :dengan melihat teman menghentikan konsumsialkohol & zat adiktif bekerja semakin produktif.
b. Modeling simbolik :melihat iklan layanan masyarakat tentanng menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif.
5.      Stage of Changes Model/The Transtheoretical Model
a. Preconteplation :kurangnya kesadaran, tidak ada keinginan, motivasi untuk mulai menghentikan konsumsi alkohol dan zat adiktif.
b. Contemplation :mulai mempertimbangkan menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif danmeningkatkan kesadaran tentang kerugian apabila tidak menghentikan melakukan kebiasaan konsumsi alkohol.
c.    Preparation :apabila sudah ada keinginan akan menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif.
d.   Maintance :menghentikan konsumsi minuman beralkohol & zat adiktif.
6.      Precaution Adoption Process Model
a. Tahap pertama :tidak menyadari akan pentingnya menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif bagi kesehatan.
b. Tahap kedua :menyadari akan resiko apabila tidak menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif tetapi tidak beresiko untuk orang lain. 
c.    Tahap ketiga :menyadari apabila tidak menghentikan konsumsi alkohol akan mengakibatkan penyakit serius, tapi belum merasakan sakitnya sekarang.
d.   Tahap keempat :memutuskan untuk terus konsumsi alkohol & zat adiktif.
e.    Tahap kelima :memutuskan untuk benar-benar menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif
f.     Tahap keenam :Mulai mengubah perilaku tadinya tidak mau menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif, menjadi berkeinginan untuk beerhenti konsumsi alkohol &zat adiktif.
g.    Tahap ketujuh :mempertahankan perilaku menghentikan konsumsi alkohol & zat adiktif dan memperatahankan perilaku baik tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ayudhitya dan Inggriani. 2012. Anda Dokter Keluarga Anda. Depok: Penebar
 Plus
Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Tritama. 2015. Konsumsi Alkohol dan Pengaruh terhadap Kesehatan. Medikal Journal Of Lampung Univesrity. Vol 4, No 8. (Hal.7-10).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar